Tentuyang diharapkan dari nugarislurus agar menyampaikan berita yang lurus dan mengkritik dengan kritikan yang benar. Adapun menuduh tanpa bukti maka "kelurusannya" sepertinya harus diluruskan lagi. Semoga Allah meluruskan kita semua. Tuduhan bahwa saya mengkafirkan Syaikh Abdul Qodir al-Jaelany tentu merupakan kedustaan besar.
Oleh M. Alim Khoiri -Menjelang muktamar ke-33 NU yang rencananya akan dilaksanakan di kota Jombang, 1-5 Agustur 2015, sudah banyak pekerjaan rumah yang menanti. Dengan jargon “NKRI harga mati”, NU tak hanya dituntut untuk mampu mengawal keutuhan dan kesatuan negeri tercinta, tetapi juga harus mampu mengatasi persoalan-persoalan kecil rumah tangga’ yang jika terus menerus diabaikan justeru akan merusak kesatuan dan keutuhan internal NU. Kerikil’ terbaru NU saat ini adalah munculnya fenomena “NU Garis Lurus”. Ini mengesankan bahwa ternyata ada juga NU yang tidak lurus. Mirisnya, kelompok yang mengatasnamakan “NU Garis Lurus” ini tak segan-segan mencaci kelompok NU lain yang tak sependapat dengan mereka. Tokoh-tokoh besar NU macam Gus Dur, Profesor Quraish Shihab dan Kang Said pun tak lepas dari serangan mereka. Di dunia maya, “NU Garis Lurus” ini populer melalui media sosial facebook dan jejaring sosial twitter dengan nama akun “NU GARIS LURUS”. Mereka juga terkenal lewat situs yang diasuh oleh ust. Luthfi Bashori. Tak hanya mendaku sebagai pejuang Islam atau NU Garis Lurus, kelompok ini juga mengklaim sebagai etafet pemikiran dakwah Sunan Giri. Gerakan ini, boleh jadi merupakan semacam bentuk tandingan atau perlawanan terhadap faham-faham pemikiran yang mereka anggap sesat macam pluralisme, sekularisme, liberalisme atau faham “Syi’ahisme”. Menurut mereka, faham-faham tersebut tak boleh ada dalam NU, tokoh-tokoh NU yang dianggap memiliki prinsip-prinsip terlarang’ itu tak layak dan tak boleh ada dalam NU. Paradigma “NU Garis Lurus” yang berusaha untuk meluruskan’ NU dari faham-faham yang mereka anggap bengkok ini, sebetulnya sah-sah saja. Hanya, masalahnya ada pada cara berdakwah. Jika kelompok “NU Garis Lurus” ini mengaku sebagai pewaris perjuangan dakwah Sunan Giri, maka mestinya mereka berkaca pada beliau dalam beberapa hal; Pertama, sejarah mencatat bahwa, dakwah Sunan Giri banyak melalui berbagai metode, mulai dari pendidikan, budaya sampai pada politik. Dalam bidang pendidikan misalnya, beliau tak segan mendatangi masyarakat secara langsung dan menyampaikan ajaran Islam. Setelah kondisi dianggap memungkinkan beliau mengumpulkannya melalui acara-acara seperti selametan atau yang lainnya, baru kemudian ajaran Islam disisipkan dengan bacaan-bacaan tahlil maupun dzikir. Dengan begitu, masyarakat melunak hingga pada akhirnya mereka memeluk Islam. Kanjeng Sunan Giri tidak mengenal metode dakwah dengan cara mencela atau bahkan menghina. Kedua, dalam bidang budaya kanjeng Sunan Giri juga memanfaatkan seni pertunjukan yang menarik minat masyarakat. Beliau juga dikenal sebagai pencipta tembang Asmaradhana, Pucung, Cublak-cublak suweng dan Padhang bulan. Lalu tentu saja beliau masukkan nilai-nilai keislaman di dalamnya. Itu semua dilakukan kanjeng Sunan demi tersebarnya ajaran Islam yang damai. Kanjeng Sunan -sekali lagi- tidak mengajarkan metode berdakwah dengan saling mencemooh atau menghujat mereka yang tak sependapat. Ketiga, di bidang politik, kanjeng Sunan Giri dikenal sebagai seorang raja. Dalam menjalankan kekuasaannya, beliau tak pernah berlaku otoriter dan semaunya sendiri. Beliau selalu menggunakan cara-cara persuasif untuk menarik minat masyarakat terhadap ajaran Islam. Beliau tidak mencontohkan strategi dakwah dengan cara mencaci maki mereka yang tidak sefaham. Wa ba’du, Terlepas dari apakah “NU Garis Lurus” ini memang betul-betul berasal dari kalangan nahdliyyin ataukah sekedar ulah oknum yang tak bertanggung jawab, yang jelas supaya betul-betul lurus, “NU Garis Lurus” mesti mengubah gaya dakwahnya yang cenderung ekstrim itu. “NU Garis Lurus” juga harus bisa memahami bahwa di dalam tubuh NU selalu penuh dinamika. Perbedaan pendapat menjadi sesuatu yang biasa dan berbeda jalan pemikiran adalah hal yang niscaya. Jika “NU Garis Lurus” terus bersikukuh dengan strategi kerasnya, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Alih-alih mendaku sebagai kelompok “NU Garis Lurus”, yang ada mereka justeru menjadi “NU Garis Keras”. Wallahu a’lam. M. Alim Khoiri, warga NU tinggal di Kediri
diMei 06, 2018 Berita, Dakwah, Hoax, Literasi, Daftar media Islam radikal (Salafi-Wahabi) versi siber NU yang dikembangkan Tim Cyber NU dan LTNNU PBNU ini harus dipahami semu akalangan. Tim Cyber NU dan LTNNU PBNU beberapa waktu lalu memang merilis website-website Islam radikal yang perlu diwaspadai.
Filling the gap in the literature on opposition from within Nahdlatul Ulama NU, this chapter conducts a preliminary analysis of the internet use by the proponents of NU Garis Lurus movement to challenge the ideological dominance of moderate outlook of Islam and current leadership of NU. Drawing on framing theory as a theoretical framework, it describes how the proponents of NU Garis Lurus mobilize their website to construct and promote their ideology of authentic NU’ online in their struggle against the current NU chairman and allies in the NU executive board. This chapter argues that the internet has provided the proponents of NU Garis Lurus with a new, important resource to expose itself to Indonesian public in its attempt to promote its ideology of the authentic NU’ and challenge the NU ideology of moderate Islam and the current NU leadership. This new media use has implication that should not be ignored in that it enhances the potential threat posed by the NU Garis Lurus on the moderate outlook of NU and Islam Indonesia in general as well as on the leadership of current NU chairman. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free... Misalnya, gerakan keagamaan Nahdlatul Ulama Setia & Iqbal, 2021 dan Muhammadiyah yang juga turut memanfaatkan internet sebagai media dalam memperluas pengaruhnya. NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, saat ini dikenal eksistensinya karena terlibat aktif dengan para jemaatnya di internet, seperti penggunaan media NU Online di berbagai platform media sosial Iqbal, 2020. Senada dengan NU, Muhammadiyah juga turut aktif memanfaatkan internet sebagai sarana memperluas pengaruh Barton, 2014, seperti penggunaan TV Muhammadiyah Ni'mah et al., 2021, dan media sosial Adeni & Hasanah, 2021;Akmaliah, 2020;Suherdiana & Muhaemin, 2018. ...Tulisan ini mengkaji gerakan keagamaan Hizbut Tahrir Indonesia HTI ketika mengadopsi media baru dalam aktivitas gerakannya di Indonesia. Penelitian dalam tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi online terhadap situs HTI, Media Umat Penelitian ini memperoleh temuan bahwa HTI sebagai gerakan keagamaan turut mengadopsi internet dalam aktivitas gerakannya sama seperti gerakan keagamaan lain yaitu NU dan Muhammadiyah. Penggunaan internet oleh HTI sekaligus membantah argumentasi bahwa internet memiliki ketidaksejalanan dengan agama, yang lebih didasarkan pada argumen sekularisasi. Internet pada kenyataannya menyediakan peluang-peluang baru yang disambut positif oleh komunitas agama yang dijadikannya bagian dari budayanya sesuai kebutuhan dan kepentingannya. Respons agama ini terlihat dalam penggunaan internet oleh HTI yang dapat dikategorikan pada tiga bentuk ideologis, polemis, dan konstekstual. Semua bentuk penggunaan internet ini menunjukkan adanya dampak positif internet bagi agama dan kemampuan agama untuk menjadi bagian dari modenritas demi kepentingan dan keperluannya dengan mengadaptasi internet sebagai produk modernitas.... Hasyim Asy'ari. Kemunculan kelompok-kelompok kecil internal NU tentunya menimbulkan banyak pertanyaan dan spekulasi Iqbal, 2020 Santoso & Muhammad, 2021. Adapun sumbangan Gus Dur adalah mengenalkan Tajdīdu al-Khitōb al-dīni diri tanpa meninggalkan tradisi. ...Moh Ashif FuadiThis research illustrates the values of religious moderation that contrast with the body of Nahdlatul Ulama NU. Since the establishment of NU Hadratussyaikh Hashim Asy'ari has initiated the concept of a moderate Islamic pattern in Indonesia which was then continued by the next generation of NU including Abdurrahman Wahid Gus Dur. Through descriptive qualitative research methods with a historical analytical approach, this study produced conclusions about the foundation of religious moderation initiated by Hashim Ash'ari by following the aqidah of Ash'ariah, madzhab fiqih shafi'i, and Sufism. The value of religious moderation is also reflected in the concepts of tasamuh, tawasuth, and tawazun. In addition, the tradition of NU moderation is reflected in the trilogy of Islamic, insaniyah, wathaniyah ukhwah. NU moderate thinking is very instrumental in internalizing wasathiyah through the acceptance of madzhab, Aqidah Asy'ariyah, the integration of Islam with nationality, and through the cultural movement spearheaded by Gus Dur interfaith dialogue has not been able to resolve any references for this publication.
Allahl berfirman: "Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (Al-Hajj: 32) Kita dapat merealisasikan sikap menghormati dan memuliakan para ulama dengan beberapa hal berikut. 1. Bersyukur (berterima kasih) kepada mereka karena Allah l.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Fenomena soal ormas Islam Nahdlatul Ulama NU yang mengklaim memiliki jumlah anggota puluhan juta orang dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia, ternyata tidaklah homogen. Bisa jadi ketika ada seseorang mengaku sebagai "orang NU" mesti ditanyakan terlebih dahulu, NU yang mana? NU garis lurus, garis lucu atau garis keras? Fenomena ke-NU-an di era milenial jika dipandang dari sisi kulturnya memang beragam, entah apakah masing-masing pendukungnya khidmat kepada pemimpinnya sendiri-sendiri, ataukah mereka sekadar ikut-ikutan karena memang sudah ditakdirkan memiliki garis kultur NU yang dibawa secara turun-temurun oleh orang tua mereka. Melihat berbagai fenomena "ke-NU-an" belakangan seakan menunjukkan bahwa ormas ini terus diseret-seret oleh beragam kepentingan, sehingga hampir dipastikan bahwa ormas ini justru telah kehilangan pijakannya karena memang tak ada sosok kharismatik yang mampu menjadi wujud ormas Islam tradisional, NU memang membutuhkan sosok pemersatu yang dapat diterima oleh semua pihak, karena kekuatan sebuah kelompok tradisional adalah keyakinannya yang kuat terhadap tokoh kharismatis, entah itu kiai, ulama atau habib. Menarik melihat perkembangan ormas tertua di Indonesia ini, karena memang NU sebenarnya bukanlah organisasi struktural, tetapi lebih pada nuansa solidaritas kekulturan yang terbangun sekian lama, tanpa harus mengikatkan diri atau taat pada "struktural" garis kebijakan organisasinya. Maka sangat wajar, ketika para tokoh masyarakat, semisal kiai, habib atau ustadz bisa saja merupakan tokoh sentral dalam tubuh NU, yang diikuti oleh masyarakatnya, tanpa harus menjadi bagian dari struktur NU. Itulah kenapa, kemunculan klaim atas NU yang mengidentifikasikan kelompoknya-garis lurus, garis lucu, atau garis keras-menjadi sulit terbantahkan secara kultural. Sulit untuk tidak mengatakan, bahwa ormas ini pada tataran sosio-kultural, memang tak pernah sepi dari konflik. Anehnya, masing-masing kelompok yang berkonflik tak mau melepaskan diri dari identitas ke-NU-annya, karena NU bagi mereka merupakan sebuah "kultur" yang asli lahir dari rahim Nusantara, bukanlah sebuah "ideologi impor" yang diserap dari kultur lain. Untuk menggambarkan fenomena "NU Garis Lurus" saja, tampak sekali kelompok ini merasa harus menjadi pahlawan untuk "meluruskan" NU yang sejauh ini mereka anggap "bengkok". Bagi kelompok ini, NU kultural jelas tak pernah mengimpor berbagai ideologi asing yang disebut mereka sebagai "SEPILIS" Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme yang belakangan malah menggejala di kalangan anak muda NU. Mungkin kelompok ini bagi saya, kesulitan menyandingkan idealitas Islam dan modernitas, sehingga dari pada bercampur aduk, lebih baik NU "diluruskan" lagi fenomena "NU Garis Lucu" yang mungkin merasa "gerah" dengan berbagai unggahan di ranah media sosial medsos yang selalu memojokkan NU. Kelompok ini kerap menguasai lini medsos dan mengunggah meme-meme lucu yang melakukan counter atau kritik terhadap mereka yang mengaku NU tetapi justru "menyerang" identitas ke-NU-annya sendiri. Sebuah tagline yang muncul di akun twitter-nya menyebut, "sampaikanlah kebenaran walaupun itu lucu" seakan kelompok ini enggan mendebat secara berapi-api karena hanya akan menghabiskan energi. Membalas dengan fenomena santai dan kelucuan, barangkali menjadi "simbol" para kiai NU yang kemudian "disorogkan" kepada publik. Bisa jadi kelompok ini memang selaras dengan slogan Pegadaian, "menyelesaikan masalah tanpa masalah" yang setiap unggahannya dikemas dalam nuansa simpatik, tanpa harus menunjukkan sikap penolakan atau kebencian. Barangkali yang lebih berwajah "galak" ada juga dalam tubuh NU. Kelompok ini secara kultur, memang menganut tradisi peribadatan selaras dengan NU, walaupun dalam hal pergerakan kurang mengangkat soal tema moderasi Islam. Fenomena kelompok NU "Garis Keras" saya rasa takdirnya jatuh kepada sosok Front Pembela Islam FPI yang memang sejauh ini para pemimpin dan pengikutnya terbiasa mengamalkan ajaran-ajaran tradisi ke-NU-an. Sulit dipungkiri, bahwa FPI juga sejatinya disokong oleh mereka yang mengklaim sebagai "NU kultural", bahkan tempat pendeklarasian pertamanya, Pesantren Al-Umm, dipimpin oleh seorang ulama NU, KH Misbahul Anam, salah satu pengikut Tarikat Tijaniyah di kalangan NU sebagai sebuah ormas yang mewarisi tradisi keislaman Nusantara dengan ciri khasnya yang moderat-sebagaimana praktik keagamaan para wali-nampaknya sulit disematkan belakangan ini. Begitu banyaknya kelompok yang melakukan klaim atas ke-NU-annya sendiri disertai dengan beragam kepentingannya masing-masing, memperlihatkan NU semakin kehilangan arah. Banyak pihak yang menginginkan NU benar-benar menunjukkan wajah moderatismenya seperti pada masa-masa awal, disaat beberapa kiai kharismatis benar-benar mempertontonkan ketulusan, kejujuran dan khidmatnya yang sangat besar terhadap umat. Hadratussyekh Hasyim Asy'ari, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syansuri, Kiai Ridwan memang menjadi tokoh sentral yang senantiasa memberikan kesejukan yang benar-benar menjadi panutan umat. Tentu saja, ditengah nuansa "konflik sektarianisme" belakangan, sosok-sosok ini sungguh sangat dirindukan. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
Semuaulama besar dan para imam kita adalah dari kalangan mereka; al-Baqilani, al-Isfaraini, imamul Haramain al-Juwaini, Abu Hamid al-Ghazali, al-Fakhr ar-Razi, al-Baidhawi, al-Aimidi, asy-Syahrastani, al-Baghdadi, Ibnu Abdissalam, Ibnu Daqiqil Id, Ibnu Sayyydinnas, al-Balqini, al-Iraqi, an-Nawawi, ar-Rafi'i, Ibnu Hajar al-Atsqalani dan as-Suyuthi.
- Setelah terpilihnya KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PBNU Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, kekinian NU juga telah mengumumkan daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027. Ada kejutan, lantaran untuk pertama kalinya dalam sejarah, NU memiliki pengurus dari tokoh perempuan. Salah satu nama tokoh perempuan yang paling menjadi perhatian dalam daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027 adalah istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid. Tidak hanya itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga masuk dalam pengurus PBNU terbaru ini. Putri Gus Dur, Alissa Qotrunnada Wahid juga masuk menjadi Ketua di Tanfidziyah, sama seperti Khofifah. Untuk lebih lengkapnya, berikut daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027 sebagaimana tertera dalam Keputusan PBNU Nomor 01/ yang ditandatangani oleh Rais Aam KH Miftachul Ahyar; Katib Aam KH Ahmad Said Asrori; Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf; serta Sekjen KH Saifullah Yusuf. Baca Juga Khofifah Jadi Cawapres Perempuan Terdepan Dibanding Calon Lain, Modal Suara Besar di Jatim Susunan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa Khidmat 2022 - 2027 MUSTASYAR KH. A. Mustofa BisriAGH. Dr. Baharuddin HS, MAProf. Dr. KH. Ma'ruf AminKH. Jirjis Ali MaksumKH. Nurul Huda DjazuliKH. Bunyamin MuhammadKH. Anwar Manshur Syaikh H. Hasanoel Basri HGKH. Dimyati Rois KH. As'ad Said AliHabib Luthfi Bin YahyaProf. Dr. KH. Machasin, MATGH. LM. Turmudzi BadaruddinProf. Dr. KH. Artani HasbiProf. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MAAGH. Habib Abdurrahim AssegafNyai Hj. Nafisah Sahal MahfudzKH. Muhammad Nuh Ad-DawamiNyai Hj. Shinta Nuriyah A. WahidKH. Abdullah Ubab MaimoenNyai Hj. Machfudhoh Aly UbaidKH. Zaky MubarokKH. Taufiqurrahman SubkhiKH. Mustafa Bakri NasutionKH. Fuad NurhasanKH. Abdul Kadir MakarimKH. Muhtadi DimyathiDr. Muhammad Hikam, MA, APUKH. Ulin Nuha ArwaniDrs. KH. Ahmad Chozin ChumaidiHabib Zein bin Umar bin SmithKH. Muhammad Hatim Salman, LcKH. Muhammad RomliH. Herman Deru, SH, MMSYURIYAH Rais Aam KH. Miftachul AkhyarWakil Rais Aam KH. Anwar IskandarWakil Rais Aam KH. Afifuddin MuhajirRais KH. Muhammad Mushtofa Aqiel SirojRais KH. Abun Bunyamin RuhiyatRais KH. Ali Akbar MarbunRais Prof. Dr. KH. Zainal AbidinRais KH. Idris HamidRais KH. Adib Rofiuddin IzzaRais KH. Abdullah Kafabihi MahrusRais KH. Ubaidillah FaqihRais KH. Masdar Farid Mas'udiRais KH. Aniq MuhammadunRais KH. Azizi HasbullahRais Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEARais KH. Mudatsir BadruddinRais Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MARais KH. A. Mu'adz ThohirRais Dr. KH. Abdul Ghafur Maimoen, MARais KH. Bahauddin NursalimRais KH. Subhan MakmunRais KH. Hambali IlyasRais KH. Imam Buchori CholilRais Prof. Dr. KH. Abd. A'la BasyirRais KH. Muhammad Cholil Nafis, Lc, MA, KH. Ahmad Haris ShodaqohRais KH. Moch. Chozien AdenanRais KH. Abdul Wahid ZamasRais KH. Abdul Wahab Abdul Gafur, LcKatib Aam KH. Ahmad Said AsroriKatib KH. Nurul Yaqin IshaqKatib Dr. KH. M. Afifudin Dimyathi, Lc, MAKatib KH. Sholahudin Al-Aiyub, Dr. KH. Hilmy Muhammad, MAKatib KH. Abu Yazid Al-BusthamiKatib KH. Faiz Syukron Makmun, Lc, MAKatib KH. Athoillah Sholahuddin AnwarKatib KH. Muhammad Abdurrahman Al KautsarKatib Dr. KH. Abdul Moqsith Ghazali, MAKatib KH. Reza Ahmad ZahidKatib Habib Luthfi bin Ahmad Al-AttasKatib Dr. KH. Abdul Ghofar RozinKatib KH. Maksum FaqihKatib Dr. KH. Nur Taufik Sanusi, MAKatib KH. M. Syarbani HairaKatib KH. Muhammad Aunullah A'la Habib, LcKatib KH. Ahmad Muzani Al-FadaniKatib KH. Sarmidi HusnaKatib H. Ikhsan Abdullah, SH, MHKatib KH. Muhyidin Thohir, KH. Ahmad Tajul MafakhirKatib Dr. HM. Asrorun Ni'am Sholeh, MA A’WAN Habib Syech bin Abdul Qadir AssegafH. Ahmad Sudrajat, Lc. MAHabib Ahmad Al HabsyiKHR. Chaidar MuhaiminDr. KH. Zaidi AbdadKH. Najib HasanDr. H. Endin AJ Soefihara, MMADr. Ali Masykur Musa, H. Imam Anshori Saleh, SH, MADr. H. Anis NakiHj. Nafisah Ali MaksumDr. H. Agus RofiudinHj. Badriyah FayumiKH. Matin SyarqowiHj. Ida Fatimah ZainalH. Hamid Usman, SEHj. Dr. Faizah Ali SibromalisiKH. Muhammad Fadlan AsyariProf. Dr. Muhammad NasirProf. Dr. Asasri WarniDr. H. Mochsen AlydrusDr. H. Muhajirin YanisKH. Masyhuri Malik Masryah AmvaKH. Mahfud AsirunH. Misbahul Ulum, SEKH. Yazid Romli, Lc, MAProf. Dr. Ali NurdinKH. Ahmad Ma'shum Abror, Rahmat HidayatDr. Dany Amrul Ichdan, SE, Chaider S. Banualim, MADr. H. Juri Ardiantoro, Abdul MuhaiminIr. H. Irsan NoorH. Zainal Abidin Amir, MAKH. Taj Yasin Maimun TANFIDZIYAH Baca Juga Besok Laga Timnas Indonesia Lawan Palestina, Gubernur Khofifah Kuatkan Persaudaraan dan Solidaritas Ketua Umum KH. Yahya Cholil StaqufWakil Ketua Umum KH. Zulfa MustofaWakil Ketua Umum KH. Sayyid Muhammad Hilal Al AididWakil Ketua Umum Prot. Dr. H. Nizar Ali, Ketua Umum H. Nusron Wahid, SEKetua Prof. Dr. KH. Moh. Mukri, KH. Hasib Wahab ChasbullahKetua Ny. Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, MAKetua H. Amin Said Husni, MAKetua H. Aizuddin Abdurrahman, SHKetua KH. Abdul Hakim MahfudzKetua H. Umarsyah, H. Ishfah Abidal Aziz, SHI, MHKetua Dr. H. Miftah FaqihKetua Ny. H. Alissa Qotrunnada Wahid, Drs. H. Amiruddin Nahrawi, Drs. H. Ulyas Taha, H. Sarbin Sehe, Prof. Dr. H. Agus Zainal ArifinKetua Drs. H. Abdullah Latopada, MAKetua Dr. KH. Ahmad FahrurroziKetua Drs. H. Muhammad Tambrin Mohamad Syafi AlielhaKetua H. Arif Rahmansyah Marbun, SE, MMKetua Padang Wicaksono, SE, Ir. Fahrizal Yusuf Affandi, H. Nasyirul Falah Amru, SE, MAPKetua H. Choirul Sholeh Rasyid, SEKetua Dr. H. Zainal Abidin Rahawarin, H. Mohammad Jusuf HamkaKetua Dr. H. Eman Suryaman, SE, MMKetua H. Robikin EmhasSekretaris Jenderal Drs. H. Saifullah YusufWakil Sekretaris Jenderal KH. Abdussalam SohibWakil Sekretaris Jenderal Prof. Dr. Ahmad Muzakki, SEAWakil Sekretaris Jenderal H. S. Suleman Tanjung, Sekretaris Jenderal Dr. H. Muhammad Aqil Irham, Sekretaris Jenderal Drs. H. Imron Rosyadi Hamid, SE, Sekretaris Jenderal Faisal Saimima, SEWakil Sekretaris Jenderal Mas'ud SalehWakil Sekretaris Jenderal Ai Rahmayanti, Sekretaris Jenderal Silahuddin, MHWakil Sekretaris Jenderal H. Rahmat Hidayat Pulungan, Sekretaris Jenderal Habib Abdul Qodir Bin Aqil, SH, MA, LLMWakil Sekretaris Jenderal Dr. Najib AzcaWakil Sekretaris Jenderal H. Syarif Munawi, SE, MMWakil Sekretaris Jenderal Isfandiari Mahbub DjunaidiWakil Sekretaris Jenderal H. Taufiq Madjid, Sekretaris Jenderal Dr. H. Muhammad Faesal, MH, Sekretaris Jenderal H. Andi Sahibuddin, Sekretaris Jenderal Drs. Lukman Khakim, Sekretaris Jenderal H. Nur Hidayat, MAWakil Sekretaris Jenderal H. Lukman Umafagur, Umum H. Mardani H. MamingBendahara H. Dipo Nusantara Pua Upa, SH, MH, H. Sumantri Suwarno, SEBendahara H. Gudfan ArifBendahara Nuruzzaman, Hidayat FirmansyahBendahara Nashruddin AliBendahara H. Ahmad NadzirBendahara H. Burhanudin MochsenBendahara Dr. H. Ashari TambunanBendahara Dr. Faisal Ali Hasyim, SE, CA, CSEPBendahara H. Aswandi RahmanBendahara H. Fesal Musaad, sejumlah nama tokoh perempuan dalam kepengurusan PBNU, bagi Alissa Wahid adalah terobosan yang sangat penting. Menurutnya, peran perempuan sejak awal berdirinya NU justru sangat besar. “Selama ini tokoh-tokoh perempuan NU tidak hanya mengurusi kiai tapi juga pondok putri juga pengajian dan kegiatan di ruang publik juga banyak diurusi Bu Nyai,” kata putri Gus Dur, Alissa. Demikian daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027. Apakah salah satu panutan atau idola anda masuk dalam daftar pengurus PBNU terbaru tersebut?
zWnvNZF. y655hye2em.pages.dev/285y655hye2em.pages.dev/106y655hye2em.pages.dev/547y655hye2em.pages.dev/119y655hye2em.pages.dev/313y655hye2em.pages.dev/853y655hye2em.pages.dev/294y655hye2em.pages.dev/567y655hye2em.pages.dev/735y655hye2em.pages.dev/100y655hye2em.pages.dev/615y655hye2em.pages.dev/990y655hye2em.pages.dev/963y655hye2em.pages.dev/976y655hye2em.pages.dev/365
daftar ulama nu garis lurus